Senin, 05 Oktober 2009

Cinta Terakhir

Namaku Mia. Aku pelajar kelas 2 SMA. Aku mempunyai seorang cowok yang bernama Willy, kakak kelasku. Walaupun kami berdua jarang ketemu, tapi kami yakin aku adalah milikmu dan kamu adalah milikku, tak ada yang dapat memisahkan kita. Namun, akhir-akhir ini aku sering melihat Willy jalan berduaan dengan cewek, tapi aku tak tahu cewek itu siapa? Apa mungkin adiknya? Atau kakaknya? Atau pacar barunya? Pertanyaan itu terus berkecambuk didalam pikiranku. Kucoba untuk melupakannya, tapi itu tak mudah. Semua kenangan yang kami lalui, suka maupun duka kami tanggung bersama. Itu takkan pernah kulupakan.

Keesokan harinya, pada saat pulang sekolah ku coba untuk mempertanyakannya. Namun, aku tak melihat sesosok Willy yang gokil keluar dari pintu gerbang sekolah. Aku pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Didalam perjalanan aku bertemu dengan Randi.

“ Hai Mia,, jenguk Willy yuk!” ajak Randi.

“ Emangnya Willy kenapa? Sakit???” Tanya Mia.

“ Cowoknya sendiri koq nggak tau sich??? Willy tu sudah tiga hari nggak masuk sekolah, kata maminya sich dia sakit Malarindu.”

“ Koq Malarindu sich??? Malaria kale!”

“ Ya udah,, yuk!!!”

Akhirnya kami pun sampai di rumah Willy, rumah yang tidak terlalu besar dan dikelilingi oleh pohon dan bunga-bunga yang tertata rapi. Ku pencet bel yang ada di dekat dinding, keluarlah seorang wanita yang berusia lanjut. Kayaknya Mia mengenalinya.

“ Siang Oma,, Willy nya ada?” tanya Mia.

“ Ini Mia kan?? Willy nya ada, lagi istirahat di halaman belakang.” jelas Oma.

“ Thank’s ya Oma..”

Setelah itu, Mia pun langsung menuju ke halaman belakang. Mia melihat Willy ditemani oleh seorang cewek yang pernah ia lihat sebelumnya. Mia pun cemburu, ia semakin yakin kalau cewek itu adalah pacar barunya Willy. Pada saat Mia mau pulang, tiba-tiba terdengar suara dari belakang.

“Mi,, Mia!!!” seru Willy.

“Hai Will, gimana keadaan lo?” Tanya Mia

“Gue baik-baik aja koq. Mi, kenalin ini Resty saudara gue yang sudah nggak sabar pengen nikah.”

“Apaan sich lo? Oh ini namanya Mia, gue Resty.”

“Mia.”

Mereka pun memulai perkenalan. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.10. Mia pun pamit pulang. Didalam perjalanan pulang, Mia sangat senang sekali. Semua pertanyaan-pertanyaan konyol yang membuatnya hampir putus asa, semua sudah terjawab. Tak salah Mia memilih Willy, selain manis dan baik, ia juga setia. Mia semakin yakin kalau Willy adalah cinta terakhirnya.

@(^_^)@

Ibu

Di dalam kamar ku merenung

Tepat pukul sepuluh malam

Ku membuka diary biruku

Di temani album kenangan ku dulu

Baru saja ku selesai salat Isya

Telat memang……

Seharian habis ngerjain tugas bareng teman

Lalu aku keluar dari kamar

Ku melihat langit di atas sana

Gelap…. Tak cerah….

Langit buram…. Muram……

Tak ada bintang yang berserak

Jelita… Berkelip… Berkedip….

Tampil cantik dan indah di atas sana

Kehidupan perintah Tuhan

Tanda keagungannya

Namun malam ini

Mereka tidak hadir…

Lenyap di telan tabir

Huuh……..

Apa mungkin langit telah bersimpati atas kesedihanku?

Apakah dia tahu?

Rinduku pada Ibu

Tinggal asin air mataku

Dengan wajah yang membiru